“Ya.. Kapan lagi kita melihat praktisi-praktisi muda yang berbicara soal kebangsaan, sesama, dan Gereja di lintas muda Kristiani”?
Menjadi garam dan terang itu memang sulit bagi siapapun. Entah itu dari agama mana saja. Bagi mereka yang menganut kepercayaan sebagai seorang Kristiani, itu sudah menjadi hal mutlak dilaksanakan. Ironisnya fase-fase kejayaan para kader muda Katolik terlihat surut. Begitu banyak aktivitas di sekitaran Altar (Baik di sekitar Gereja maupun di lingkup sekolah/kampus) lebih menonjolkan praktik spritualitas dibanding praktik rasionalitas sebagai umat beragama. Di sisi yang berlainan menjelang Pemilihan Umum 09 April nanti, banyak dari mereka “calon hamba” ini kebingungan kepada siapa mereka mencari dukungan baik secara moral, spritual, maupun material(bentuk nyata dukungan dengan memilih). Yang terjadi seharusnya anak-anak muda Kristiani itulah yang menjadi corong dalam aksi dan pelayanan untuk meneriakkan proses ketidakadilan, pemiskinan struktural, dan kehidupan beragama malah berkutat sebagai lilin yang hanya bercahaya di dalam Gereja.
Kenapa itu bisa terjadi?
Bagi saya ada dua hal yang harus diperbaiki dalam bentuk komitmen anak muda Kristiani menjadi garam dan terang dalam bernegara, yakni partisipasi politik dan tanggung jawab politik.
Partisipasi Politik
Melibatkan diri dalam pemilihan umum dan memasuki partai politik, maka mereka disebut melaksanakan hak partisipasi politik yang bersifat aktif dan langsung. Itu sarana yang paling utama untuk melakukan perubahan dalam mempengaruhi kebijakan. Karena partisipasi menunjukkan bahwa kita mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu.
Tanggung Jawab Politik
Sekalipun tanggung jawab politik belum tentu merupakan partisipasi politik namun antara tanggung jawab politik dan partisipasi politik berkaitan erat satu sama lain. Dimana keterkaitannya? Partisipasi politik khususnya partisipasi politik secara langsung (memilih eksekutif, legislatif, menjadi anggota partai) adalah wujud tanggung jawab politik namun tanggung jawab politik belum tentu diwujudkan dalam bentuk partisipasi politik secara langsung.
Mengutip pernyataan dari Romo Dr. Eddy Kristiyanto, OFM
Menjadi garam dan terang itu memang sulit bagi siapapun. Entah itu dari agama mana saja. Bagi mereka yang menganut kepercayaan sebagai seorang Kristiani, itu sudah menjadi hal mutlak dilaksanakan. Ironisnya fase-fase kejayaan para kader muda Katolik terlihat surut. Begitu banyak aktivitas di sekitaran Altar (Baik di sekitar Gereja maupun di lingkup sekolah/kampus) lebih menonjolkan praktik spritualitas dibanding praktik rasionalitas sebagai umat beragama. Di sisi yang berlainan menjelang Pemilihan Umum 09 April nanti, banyak dari mereka “calon hamba” ini kebingungan kepada siapa mereka mencari dukungan baik secara moral, spritual, maupun material(bentuk nyata dukungan dengan memilih). Yang terjadi seharusnya anak-anak muda Kristiani itulah yang menjadi corong dalam aksi dan pelayanan untuk meneriakkan proses ketidakadilan, pemiskinan struktural, dan kehidupan beragama malah berkutat sebagai lilin yang hanya bercahaya di dalam Gereja.
Kenapa itu bisa terjadi?
- Sebab praktik agama orang muda Kristiani mayoritas atas warisan dari orang tua. Sejak masih bayi orang muda Katolik sudah dibaptis dan menerima agamanya tanpa sikap kritis, sehingga belum sepenuhnya mampu mempertanggungjawabkan identitasnya sebagai anggota Gereja.
- Keluarga-keluarga Kristiani sekarang ini hanya membentuk orang mudanya sebagai generasi yang hanya menerima keadaan iman yang kurang dipertanggungjawabkan dan menerima kehidupan sosial dan politik.
- Orang muda Kristiani kurang dipersiapkan secara matang untuk menghadapi kerasnya kehidupan, malah lebih cenderung tenggelam pada urusan pribadi dalam mengejar kesenangan untuk diri sendiri, sehingga kehilangan daya kritis dan bahkan rasa kepedulian terhadap nasib bangsa. Pembiasan politik tidak lagi demi kepentingan bersama, melainkan kepentingan individu atau kelompok.
- Bicara tentang politik orang muda Kristiani lebih cenderung beranggapan bahwa politik itu kotor, sehingga merasa segan untuk berdekatan dengan masalah politik. Kalau dicermati dengan baik, sebagian besar orang muda hampir tidak mau peduli terhadap kehidupan berpolitik, bahkan menganggap urusan politik sebagai sesuatu yang tabu, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebagian besar ditentukan oleh kebijakan politik.
Bagi saya ada dua hal yang harus diperbaiki dalam bentuk komitmen anak muda Kristiani menjadi garam dan terang dalam bernegara, yakni partisipasi politik dan tanggung jawab politik.
Partisipasi Politik
Melibatkan diri dalam pemilihan umum dan memasuki partai politik, maka mereka disebut melaksanakan hak partisipasi politik yang bersifat aktif dan langsung. Itu sarana yang paling utama untuk melakukan perubahan dalam mempengaruhi kebijakan. Karena partisipasi menunjukkan bahwa kita mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan itu.
Tanggung Jawab Politik
Ketika seorang Kristiani mengamati berbagai kebijakkan pemerintah dan situasi politik yang ada serta memberikan kritik-kritik konstruktif baik melalui saluran media cetak, media sosial namun mereka tidak memasuki salah satu atau memasuki salah satu partai, maka tindakkan ini menunjukkan tanggung jawab politik.
Mengutip pernyataan dari Romo Dr. Eddy Kristiyanto, OFM
“Semua agamawan sadar, bahwa Allah itu politis. Jika orang mengeluarkan dari kitab-kitab suci agama kandungan dan makna politis, maka akan ditemukan bahwa ”begitu banyak lobang” dalam kitab suci. Kandungan dan makna politis di sini adalah sikap Diri Allah yang berada di samping, mendampingi dan menyertai. Mengingat Allah itu politis di hadapan kenyataan ciptaan-Nya, maka segenap ciptaan (terutama manusia, yang adalah citra Allah sendiri), tidak ada pilihan lain. Manusia perlu bersikap politis. Tegasnya, bersikap politis merupakan sakramen, yakni tanda dan sarana yang mengantar pada pembebasan dan peyelamatan.“
Secara tegas politik diartikan sebagai pelayanan dan perwujudan kasih Allah untuk mengusahakan kesejahteraan bersama dengan mengikuti dan meneladani Yesus Kristus yang memiliki kepedulian dan semangat politik, terutama politik solidaritas bagi mereka yang lemah, miskin dan tersingkir untuk menghadirkan kesejahteraan dan keselamatan.
SO JANGAN SAMPAI TIDAK MEMILIH KAWAN!! MARI TUNJUKKAN PARTISIPASI DAN KEPEDULIAN KITA SEBAGAI ANAK-ANAK TERANG.
Dikutip dari Opini Alexander di Kompasiana.
Dikutip dari Opini Alexander di Kompasiana.
0 komentar:
Posting Komentar