Senin, 29 Desember 2014

WANITA DI PUNCAK KELAHIRAN Oleh Djaep


“Seringkali aku tertawa dan teringat perjuangan mu wanita yang berjuang untuk meniti kelahiran sang buah hatinya. Rasa lelah dan gembira bercampur dalam tangis sang buah hati mu merupakan hal yang sangat berkesan dalam hidup mu dan hidupku sebagai penonton sejati perjuangan mu”.
Ketika pertama kali aku mendengar alunan suara bahagia menanti sang buah hati mu aku seakan-akan merasa berperan menjadi dua actor yang berbahagia dan yang berjuang demi kelahiran Nya. Tawa, tangis, teriakan dan sampai melihat tamparan mu membuat aku tidak pantas mengajuhkan perjuangan mu sebagai bunda dari anak-anak mu.
Hari ini aku mulai merasakan hal yang sama ketika kamu melahirkan Nya ke dunia ini dan aku selalu berpikir apa yang bisa kulakukan untuk membalasnya ?? lagu apa yang bisa ku nyanyikan untuk menyenangkan hati mu ?? dan berapa jauh jalan yang bisa ku tempuh untuk mengobati luka darah untuk perjuangan kelahiran anak-anak mu .Ya sekarang aku mulai bingung melakukan nya apakah doa sudah cukup untuk menanti kelahiran nya ?? atau kah aku harus berteriak di tengah sepi nya pepohonan dan riuh nya lautan manusia ??, Mungkin aku sebagai anak hanya bisa tersenyum dan menapaki jalan pepohonan dan gunung-gunung ini untuk bisa terus memperingati kelahiran ku dan Nya sebagai putra mu.
Aku ga butuh sesuap nasi untuk disuapin, aku ga butuh secarik uang kertas merah untuk menyenangkan hidupku, dan aku ga butuh sepasang pakaian untuk menutup tubuh ku ino agar terlihat mewah dan berwibawa. Aku hanya butuh kasih sayang mu Bunda, aku hanya butuh teriakan mu Ibu dan itu sudah aku dapatkan di detik, menit, hari dan tahun kehidupan ku hingga saat ini. Ya itu lah hal yang selalu membuatku mengerti betapa aku mencintai mu wanita dan betapa aku harus melirik pencapaian mu sebagai wanita, karena suatu saat aku tidak ingin bermain dengan kata-kata saja tetapi aku hanya ingin bermain dengan langkah-langkah yang membuatku tersenyum dan berteriak bahwa kamu lah wanita yang pantas untuk mencapai puncak kelahiran dari buah hati ku.
Semua butuh perjuangan dan aku mengerti semua itu. Aku sebagai lelaki yang menjadi figura dari puncak kelahiran sang buah hati mu sepantasnya menguji mu dibalik dingin nya alam dan diatas tingginya gunung-gunung. Dengan demikian jangan salahkan aku ketika aku akan mencintai mu sampai titik darah ku menetes sampai tetesan akhir dan sampai aku dan semua pencapian ku serasa tua dan menghilang diterpa panas dinginya zaman ini.



0 komentar:

Posting Komentar

 

UMAKA UNSOED

Unit Kegiatan Mahasiswa Katolik UNSOED

UNSOED

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN PURWOKERTO