“Seringkali aku tertawa dan
teringat perjuangan mu wanita yang berjuang untuk meniti kelahiran sang buah
hatinya. Rasa lelah dan gembira bercampur dalam tangis sang buah hati mu
merupakan hal yang sangat berkesan dalam hidup mu dan hidupku sebagai penonton
sejati perjuangan mu”.
Ketika pertama kali aku mendengar alunan
suara bahagia menanti sang buah hati mu aku seakan-akan merasa berperan menjadi
dua actor yang berbahagia dan yang berjuang demi kelahiran Nya. Tawa, tangis,
teriakan dan sampai melihat tamparan mu membuat aku tidak pantas mengajuhkan
perjuangan mu sebagai bunda dari anak-anak mu.
Hari ini aku mulai merasakan hal yang
sama ketika kamu melahirkan Nya ke dunia ini dan aku selalu berpikir apa yang
bisa kulakukan untuk membalasnya ?? lagu apa yang bisa ku nyanyikan untuk
menyenangkan hati mu ?? dan berapa jauh jalan yang bisa ku tempuh untuk
mengobati luka darah untuk perjuangan kelahiran anak-anak mu .Ya sekarang aku
mulai bingung melakukan nya apakah doa sudah cukup untuk menanti kelahiran nya
?? atau kah aku harus berteriak di tengah sepi nya pepohonan dan riuh nya
lautan manusia ??, Mungkin aku sebagai anak hanya bisa tersenyum dan menapaki
jalan pepohonan dan gunung-gunung ini untuk bisa terus memperingati kelahiran
ku dan Nya sebagai putra mu.
Aku ga butuh sesuap nasi untuk disuapin,
aku ga butuh secarik uang kertas merah untuk menyenangkan hidupku, dan aku ga
butuh sepasang pakaian untuk menutup tubuh ku ino agar terlihat mewah dan
berwibawa. Aku hanya butuh kasih sayang mu Bunda, aku hanya butuh teriakan mu
Ibu dan itu sudah aku dapatkan di detik, menit, hari dan tahun kehidupan ku
hingga saat ini. Ya itu lah hal yang selalu membuatku mengerti betapa aku
mencintai mu wanita dan betapa aku harus melirik pencapaian mu sebagai wanita,
karena suatu saat aku tidak ingin bermain dengan kata-kata saja tetapi aku
hanya ingin bermain dengan langkah-langkah yang membuatku tersenyum dan
berteriak bahwa kamu lah wanita yang pantas untuk mencapai puncak kelahiran
dari buah hati ku.
Semua butuh perjuangan dan aku mengerti
semua itu. Aku sebagai lelaki yang menjadi figura dari puncak kelahiran sang
buah hati mu sepantasnya menguji mu dibalik dingin nya alam dan diatas
tingginya gunung-gunung. Dengan demikian jangan salahkan aku ketika aku akan
mencintai mu sampai titik darah ku menetes sampai tetesan akhir dan sampai aku
dan semua pencapian ku serasa tua dan menghilang diterpa panas dinginya zaman
ini.
0 komentar:
Posting Komentar